Wah…judulnya sangar apakah Geliat
Perkreditan
mikro di ambang Senja Menuju Malam hari??
Semenjak Euforia Bank-bank Umum terjun
langsung ke Penyaluran Kredit Mikro dengan membuat Divisi – divisi Kredit Mikro saat ini Justru mulai banyak yang
menjalankan Strategi untuk meninggalkan Bisnis Kredit Mikro. Kenapa ya ?
berikut penulis mencoba menuangkan pendapat Pribadi
Euforia pembukaan Kredit Mikro secara masif
oleh Bank-bank Umum di awali dengan ekpansif nya Bank Danamon dengan melahirkan
Danamon Simpan Pinjam pada tahun 2004 yang kemudian sampai dengan kurun waktu
2008 sudah berkembang menjadi sekitar 1.000an titik Unit Pelayanan Kredit Mikro pada saat itu Danamon Simpan Pinjam
mempunyai 2 layanan Bisnis Kredit Mikro yaitu : Yaitu Unit Pasar Model yang
pada akhirnya kita kenal dengan Danoman Simpan Pinjam itu sendiri dan Unit
Solusi Modal yang kita kenal sebagai Danamon Suplly Chain. Pada masa-masa itu
Danamon benar – benar merasakan legitnya Bisnis Kredit Mikro yang selama ini di
layani oleh BRI dan beberapa Segmen dari BPR. Segera setelah itu Bank-bank Umum mulai
bergerak untuk masuk dan terjun ke kredit Mikro . Berturut – turut setelah itu berdiri unit –
unit Mikro : Bank Mega Mitra Syariah, Bank BTPN MUR, Laju NIAGA, Bank
Bumiputera, Bank BRI Syariah juga mulai terjun mengikuti Induknya , Bank Pundi,
BII Pijar dan mungkin ada yang belum tersebut ya…..?? hehehe
Sekarang?? Pertengahan Tahun 2017 Dari
Semua Bank Mikro yang sudah saya sebutkan diatas?
Beberapa Bank yang sudah saya sebutkan
sudah me “SHUT DOWN” pembiayaan/Kredit Mikronya, ada yang malah Bank nya sudah
dijual alias berpindah kepemilikan, beberapa Bank lainnya sudah masuk fase
“SENJA KALA” sudah ada beberapa gelombang Efesiensi Tenaga Kerja, ada yang
mulai melakukan “Reposisi” segmen nya. Apakah yang menjadi penyebabnya ????
Berikut dibawah ini adalah paparan
berdasarkan pendapat penulis : Alasan Utama adalah kembali ke Basic Sebuah
Bisnis dijalankan yaitu :??? “PROFIT” emang bisnis Kredit Mikro apakah sudah tidak
PROFITABLE lagi?? Tanya dong ke
BANK-BANK yang dulu berbondong-bondong bikin Kredit Mikro trus sekarang pada mengevaluasi / menutup nya.
Tanya ke SEVEL juga ya kenapa dia Nutup
Bisnisnya di Indonesia . Profit tidak
melulu tergantung pada Volume penjualan, banyak tombol yang perlu di lakukan
pengaturan untuk memperoleh Profit yang Optimal ( optimal sama besar sama gak
ya??)
Ada Beberapa Alasan menurut pandangan
Pribadi Penulis mengapa Bank – bank Umum (swasta khususnya) sudah tidak menjanjikan
1.
Persaingan dalam Kredit Mikro dalam kurun 10
tahun terakhir bener luar biasa, Bank Umum berlomba-lomba bikin Bank Mikro,
persaingan sudah dimulai dari bajak -
membajak SDM dari Bank yang sebelumnya. Perpindahan SDM ini berimbas
pada tahapan pembajakan Debitur pada bank Sebelumnya. Bayangkan tuh jika pada
Periode itu ada pembukaan Bank Mikro SDM nya bajak orang-orang itu mulu sampai
pindah 4 kali, nah tuh nasabah kalo track record pembayarannya bagus pasti lah
ngikut SDM nya juga. Tahapan selanjutnya dari efek persaingan ini adalah adu
Program : Hampair pasti pada awal pembentukan Bank Mikro pasti berlomba – lomba
kasih Rate Bunga Murah, Persetujuan Kredit yang Mudah, Biaya Administrasi, Biaya Pinalty dan lain – lain
yang lebih menarik dari Bank Mikro yang sudah ada demi menarik minat Debitur
Mau Berpindah (ingat Pada AWALNYA lho ya hehehehe) setelah pada pindah kagak
tau deh kebijakan nya berupah pa kagak ( tapi masih ingat ya tujuan PROFIT Bank
bikin Kredit Mikro)
2.
Periode yang paling susah
adalah periode serba salah ( sebut saja begitu ya) Misal Bank gak kasih bunga
Murah bisa – bisa kalah saing, Bunga sudah Murah ehhhhh Prosedur untuk bisa
mendapat persetujuan Kredit nya susah juga gak Laku juga. Tapi kalo 2 hal
tersebut di lakukan PROFIT nya kecil dong karena Net Interest Margin nya kecil .
Kalo Kebijakan diperlonggar nah RESIKO KELANCARAN KREDIT MIKRO kan tinggi nanti
kalau tingkat kelancaran rendah BANK harus penyisihan Cadangan Kerugian Piutang
yang harus di ambilkan dari PROFIT lha…PROFIT berkurang lagi dong. Eh Masih
ingat ya tujuan suatu usaha di dirikan ?? betul PROFIT)
3.
La tuh kan sudah pada banyak
bank MIKRO Yang tutup . bank mikro yang masih tersisa dan masih eksis enak dong?
Bisa dapat Debitur lebih lagi yak karena persaingan sudah tidak sengit lagi
dong???. Benarkah ??? . Menurut pandangan Penulis sebagai konsekuensi dan efek
Persaingan yang sudah di uraikan diatas akan terjadi hal berikut:
a.
Debitur yang dulu dibajak ke sana
kesini jika memang mempunyai usaha yang bagus,tata kelola yang bagus , prospek
usaha yang bagus tentunya sudah mempunyai track record perbankan yang baik dan
tentunya usaha berkembang dengan baik sehingga mereka sudah naik kelas di atas
kelas MIKRO.
b.
Debitur yang belum matang
sebetulnya belum saatnya mendapatkan pinjaman besar , karena SDM ikut pindah
bank kemudian karena belum sesuai dengan kemampuan maka akan mempunyai Track
Record pembayaran yang kurang bagus. Nah tuh dari Pengajuan Kredit yang ada sekarang
berapa persen sih yang Record BI Checking nya Bagus. Dan bisa lolos ke Tahapan
Kredit selanjutnya.
c.
Debitur yang menjadi lebih
Pintar dan Bijak Debitur tipe ini cenderung lebih hati – hati dalam pengajuan
Kredit apalagi dengan skema di Take Over PINDAH/DIBAJAK ke Bank Yang baru.
Mereka akan mengkalkulasikan segala sesuatunya , biaya yang hilang jika
berpindah PINALTI PELUNASAN Di percepat yang sekarang GEDE ya , Biaya-biaya
yang timbul dari pencairan di Bank Baru. Ini merupakan jenis Debitur yang bagus
akan tetapi penuh perhitungan.
d.
Cari Nasabah Baru Dong yang
belum kenal Bank???? Ada yang tau KUR ?? nah itu jawabannya.
e.
Lha kan Bank – bank Umum ikutan
Menyalurkan KUR : liat data dari
Kementerian Koperasi dan UMKM (dikutip dari KONTAN) Penyaluran KUR per 21 Maret
2017 dari Rp.16,3 T 94% lebih didominasi oleh bank BUMN dari Total realisasi
nya. Ini gak tau ya Bank Swasta gamang, gak mampu, gak PD atau apa ?
4.
Imbas Persaingan yang luar
biasa bukan hanya terjadi di sektor Perbankan di sektor Pembiayaan Non Bank
(Leasing), juga terjadi sehingga Perusahaan – perusahan Finance yang punya
skala besar Pun sekarang mempunyai Produk yang bisa menyalurkan Kredit dengan
Jaminan Sertifikat dan bukan hanya BPKB saja sebut saja sekarang perusahaan
MULTIFINANCE. Tuh Leasing bisa masuk ke segmen nya Bank Mikro dan kalo Bank mau
masuk ke segmen nya Perusahaan Finance secara Kebijakan susah untuk bersaing
dengan perusahaan finance. Menurut
pandangan penulis perusahaan Multifinance bisa menjadi kekuatan yang memecah
segmen kredit mikro, merekan punya SDM yang lebih banyak dan mungkin
fleksibilitas kebijakan kredit. Sebut
saja FIF ASTRA, BESS FINANCE, BAF Finance , Mutiara Finance dan banyak lagi.
5.
BPR dan KOPERASI seiring dengan perkembangan
Teknologi, Tata kelola pengawasan baik dari OJK untuk BPR dan dari Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM untuk pembinaan Koperasi mereka bisa jadi kekuatan tersendiri di
segmen Kredit Mikro berikut alasan-alasan tersebut :
a.
Mereka punya Fleksibilitas
Produk yang luar biasa : bisa Kredit mingguan, musiman, bahkan harian dll bunga
mereka bisa FLAT MURNI, Rekening Korang, Bunga Harian dll.
b.
Tujuan Kredit tidak Melulu
harus Kredit MODAL KERJA dan INVESTASI untuk Usaha. Mereka bisa membiayai
kredit Konsumtif, Talangan punya hajat,Talangan kesehatan, Pendidikan, lain – lainya.
c.
Dari Segi Regulasi kebijakan
Kredit bisa lebih fleksibel dengan tetap mempergunakan Prinsip kehati – hatian.
6.
Regulasi dari PEMERINTAH nah
Tuh KUR tuh dari pemerintah dan saat ini pemerintah secara konsisten mendorong
Perbankan Mikro untuk melakukan penurunan Rate pinjamannya .
Belum lagi nih nanti kalau
HOLDING PERBANKAN Nasional sudah jadi. Nah itu akan menjadikan Perbankan BUMN
yang punya Kapitalisasi yang luar biasa, jaringan yang luar biasa, dan segala
sesuatunya
yang luar biasa. Bank Umum Swasta bisa bersaingkah?
7.
FINTECH : kalo ini sih memang
bukan melulu menjadi alasan pesaing dari Kredit Mikro , bisa jadi justru
perbankan yang punya Kreatifitas tinggi justru bisa memanfaatkan tapi kalau
tidak bisa memanfaatkan nya ya END. Bayangkan jika nanti SLIK ( sudah tahu kan kalo
BI Checking akan di gantikan dengan SLIK) dan database nasional sudah bener-bener
terealisasi. Seorang Debitur pengajuan Kredit hanya cukup lewat Aplikasi, sudah
langsung terkoneksi dengan data base sehingga Semua Data Keuangan baik aset,
omzet, kewajiban dll sudah bisa muncul Skor nya , dari Pihak Bank tinggal
melakukan Cek Verifikasi Fisik Usaha dan Jaminan . Selesai Dech. Canggih Amat sih masih jauh
itu?? Kate Siape Bang. Cek Tuh Aplikasi
AKULAKU, PEGADAIAN udah mulai merambah ke arah sana , googling atau cek di playstore gih cari
Aplikasi Pinjaman Online gitu.
8.
EFESIENSI :
gak tau musti saya taruh di nomer berapa untuk yang satu ini, menurut pandangan
Penulis salah satu alasan terbesar adalah ini , SDM Pinjaman Mikro yang sangat
membutuhkan kecepatan dan penetrasi pasti akan sangat besar otomatis??? Ya Biaya
BTK yang tinggi belum kalo lama-lama “ngopeni” mereka butuh increasment gaji
tiap tahun, belum insentip, Asuransi, BPJS dll ...wow Semakin lama karena
pendapatan Margin semakin kecil (eh bunganya masih Flat Anuitas kan?), belum
lagi semakin lama resiko PPAP/CKPN membengkan lah ratio nya BOPO jadi ikut
terseret juga. Perusahaan yang Profit Oriented seperti Bank saat ini sangat
mementingkan Optimalisasi Profit dengan parameter Variable2 yang ada.
Apa yang sudah dipaparkan penulis diatas
adalah murni pendapat Pribadi Penulis mengamati Fenomena dari Geliat Perbankan
Mikro di Indonesia. Betul atau tidaknya
hanya waktu yang bisa menjawabnya. Akan tetapi bagi beberapa Bank Mikro yang
sudah sebutkan diatas SENJA KALA sudah bener-bener menjadi MALAM KELAM .
beberapa SDM dari Bank yang sudah KALA MALAM tersebut saat ini beberapa masih
aktif di Bank – bank mikro yang masih eksis. So… Ya mari kita Sama – sama
menunggu.
SALAM MIKRO….