Thursday, 10 August 2017

SENJA KALA KREDIT MIKRO DI INDONESIA?


Wah…judulnya sangar apakah Geliat Perkreditan mikro di ambang Senja Menuju Malam hari??
Semenjak Euforia Bank-bank Umum terjun langsung ke Penyaluran Kredit Mikro dengan membuat Divisi – divisi  Kredit Mikro saat ini Justru mulai banyak yang menjalankan Strategi untuk meninggalkan Bisnis Kredit Mikro. Kenapa ya ? berikut penulis mencoba menuangkan pendapat Pribadi
Euforia pembukaan Kredit Mikro secara masif oleh Bank-bank Umum di awali dengan ekpansif nya Bank Danamon dengan melahirkan Danamon Simpan Pinjam pada tahun 2004 yang kemudian sampai dengan kurun waktu 2008 sudah berkembang menjadi sekitar 1.000an titik Unit Pelayanan Kredit  Mikro pada saat itu Danamon Simpan Pinjam mempunyai 2 layanan Bisnis Kredit Mikro yaitu : Yaitu Unit Pasar Model yang pada akhirnya kita kenal dengan Danoman Simpan Pinjam itu sendiri dan Unit Solusi Modal yang kita kenal sebagai Danamon Suplly Chain. Pada masa-masa itu Danamon benar – benar merasakan legitnya Bisnis Kredit Mikro yang selama ini di layani oleh BRI dan beberapa Segmen dari BPR.  Segera setelah itu Bank-bank Umum mulai bergerak untuk masuk dan terjun ke kredit Mikro . Berturut – turut setelah itu berdiri unit – unit Mikro : Bank Mega Mitra Syariah, Bank BTPN MUR, Laju NIAGA, Bank Bumiputera, Bank BRI Syariah juga mulai terjun mengikuti Induknya , Bank Pundi, BII Pijar dan mungkin ada yang belum tersebut ya…..?? hehehe
Sekarang?? Pertengahan Tahun 2017 Dari Semua Bank Mikro yang sudah saya sebutkan diatas?
Beberapa Bank yang sudah saya sebutkan sudah me “SHUT DOWN” pembiayaan/Kredit Mikronya, ada yang malah Bank nya sudah dijual alias berpindah kepemilikan, beberapa Bank lainnya sudah masuk fase “SENJA KALA” sudah ada beberapa gelombang Efesiensi Tenaga Kerja, ada yang mulai melakukan “Reposisi” segmen nya. Apakah yang menjadi penyebabnya ????
Berikut dibawah ini adalah paparan berdasarkan pendapat penulis : Alasan Utama adalah kembali ke Basic Sebuah Bisnis dijalankan yaitu :??? “PROFIT” emang bisnis Kredit Mikro apakah sudah tidak PROFITABLE lagi??  Tanya dong ke BANK-BANK yang dulu berbondong-bondong bikin Kredit Mikro  trus sekarang pada mengevaluasi / menutup nya.  Tanya ke SEVEL juga ya kenapa dia Nutup Bisnisnya di Indonesia . Profit tidak melulu tergantung pada Volume penjualan, banyak tombol yang perlu di lakukan pengaturan untuk memperoleh Profit yang Optimal ( optimal sama besar sama gak ya??)
Ada Beberapa Alasan menurut pandangan Pribadi Penulis mengapa Bank – bank Umum (swasta khususnya) sudah tidak menjanjikan
1.        Persaingan dalam Kredit Mikro dalam kurun 10 tahun terakhir bener luar biasa, Bank Umum berlomba-lomba bikin Bank Mikro, persaingan sudah dimulai dari bajak -  membajak SDM dari Bank yang sebelumnya. Perpindahan SDM ini berimbas pada tahapan pembajakan Debitur pada bank Sebelumnya. Bayangkan tuh jika pada Periode itu ada pembukaan Bank Mikro SDM nya bajak orang-orang itu mulu sampai pindah 4 kali, nah tuh nasabah kalo track record pembayarannya bagus pasti lah ngikut SDM nya juga. Tahapan selanjutnya dari efek persaingan ini adalah adu Program : Hampair pasti pada awal pembentukan Bank Mikro pasti berlomba – lomba kasih Rate Bunga Murah, Persetujuan Kredit yang Mudah, Biaya  Administrasi, Biaya Pinalty dan lain – lain yang lebih menarik dari Bank Mikro yang sudah ada demi menarik minat Debitur Mau Berpindah (ingat Pada AWALNYA lho ya hehehehe) setelah pada pindah kagak tau deh kebijakan nya berupah pa kagak ( tapi masih ingat ya tujuan PROFIT Bank bikin Kredit Mikro)

2.       Periode yang paling susah adalah periode serba salah ( sebut saja begitu ya) Misal Bank gak kasih bunga Murah bisa – bisa kalah saing, Bunga sudah Murah ehhhhh Prosedur untuk bisa mendapat persetujuan Kredit nya susah juga gak Laku juga. Tapi kalo 2 hal tersebut di lakukan PROFIT nya kecil dong karena Net Interest Margin nya kecil . Kalo Kebijakan diperlonggar nah RESIKO KELANCARAN KREDIT MIKRO kan tinggi nanti kalau tingkat kelancaran rendah BANK harus penyisihan Cadangan Kerugian Piutang yang harus di ambilkan dari PROFIT lha…PROFIT berkurang lagi dong. Eh Masih ingat ya tujuan suatu usaha di dirikan ?? betul PROFIT)


3.       La tuh kan sudah pada banyak bank MIKRO Yang tutup . bank mikro yang masih tersisa dan masih eksis enak dong? Bisa dapat Debitur lebih lagi yak karena persaingan sudah tidak sengit lagi dong???. Benarkah ??? . Menurut pandangan Penulis sebagai konsekuensi dan efek Persaingan yang sudah di uraikan diatas akan terjadi hal berikut:
a.       Debitur yang dulu dibajak ke sana kesini jika memang mempunyai usaha yang bagus,tata kelola yang bagus , prospek usaha yang bagus tentunya sudah mempunyai track record perbankan yang baik dan tentunya usaha berkembang dengan baik sehingga mereka sudah naik kelas di atas kelas MIKRO.
b.      Debitur yang belum matang sebetulnya belum saatnya mendapatkan pinjaman besar , karena SDM ikut pindah bank kemudian karena belum sesuai dengan kemampuan maka akan mempunyai Track Record pembayaran yang kurang bagus. Nah tuh dari Pengajuan Kredit yang ada sekarang berapa persen sih yang Record BI Checking nya Bagus. Dan bisa lolos ke Tahapan Kredit selanjutnya.
c.       Debitur yang menjadi lebih Pintar dan Bijak Debitur tipe ini cenderung lebih hati – hati dalam pengajuan Kredit apalagi dengan skema di Take Over PINDAH/DIBAJAK ke Bank Yang baru. Mereka akan mengkalkulasikan segala sesuatunya , biaya yang hilang jika berpindah PINALTI PELUNASAN Di percepat yang sekarang GEDE ya , Biaya-biaya yang timbul dari pencairan di Bank Baru. Ini merupakan jenis Debitur yang bagus akan tetapi penuh perhitungan.
d.      Cari Nasabah Baru Dong yang belum kenal Bank???? Ada yang tau KUR ?? nah itu jawabannya.
e.      Lha kan Bank – bank Umum ikutan Menyalurkan KUR : liat data dari Kementerian Koperasi dan UMKM (dikutip dari KONTAN) Penyaluran KUR per 21 Maret 2017 dari Rp.16,3 T 94% lebih didominasi oleh bank BUMN dari Total realisasi nya. Ini gak tau ya Bank Swasta gamang, gak mampu, gak PD atau apa ?

4.       Imbas Persaingan yang luar biasa bukan hanya terjadi di sektor Perbankan di sektor Pembiayaan Non Bank (Leasing), juga terjadi sehingga Perusahaan – perusahan Finance yang punya skala besar Pun sekarang mempunyai Produk yang bisa menyalurkan Kredit dengan Jaminan Sertifikat dan bukan hanya BPKB saja sebut saja sekarang perusahaan MULTIFINANCE. Tuh Leasing bisa masuk ke segmen nya Bank Mikro dan kalo Bank mau masuk ke segmen nya Perusahaan Finance secara Kebijakan susah untuk bersaing dengan perusahaan finance.  Menurut pandangan penulis perusahaan Multifinance bisa menjadi kekuatan yang memecah segmen kredit mikro, merekan punya SDM yang lebih banyak dan mungkin fleksibilitas kebijakan kredit.  Sebut saja FIF ASTRA, BESS FINANCE, BAF Finance , Mutiara Finance dan banyak lagi.

5.       BPR  dan KOPERASI seiring dengan perkembangan Teknologi, Tata kelola pengawasan baik dari OJK untuk BPR dan dari Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM untuk pembinaan Koperasi mereka bisa jadi kekuatan tersendiri di segmen Kredit Mikro berikut alasan-alasan tersebut :
a.       Mereka punya Fleksibilitas Produk yang luar biasa : bisa Kredit mingguan, musiman, bahkan harian dll bunga mereka bisa FLAT MURNI, Rekening Korang, Bunga Harian dll.
b.      Tujuan Kredit tidak Melulu harus Kredit MODAL KERJA dan INVESTASI untuk Usaha. Mereka bisa membiayai kredit Konsumtif, Talangan punya hajat,Talangan kesehatan, Pendidikan,  lain – lainya.
c.       Dari Segi Regulasi kebijakan Kredit bisa lebih fleksibel dengan tetap mempergunakan Prinsip kehati – hatian.

6.       Regulasi dari PEMERINTAH nah Tuh KUR tuh dari pemerintah dan saat ini pemerintah secara konsisten mendorong Perbankan Mikro untuk melakukan penurunan Rate pinjamannya .
Belum lagi nih nanti kalau HOLDING PERBANKAN Nasional sudah jadi. Nah itu akan menjadikan Perbankan BUMN yang punya Kapitalisasi yang luar biasa, jaringan yang luar biasa, dan segala sesuatunya yang luar biasa. Bank Umum Swasta bisa bersaingkah?

7.       FINTECH : kalo ini sih memang bukan melulu menjadi alasan pesaing dari Kredit Mikro , bisa jadi justru perbankan yang punya Kreatifitas tinggi justru bisa memanfaatkan tapi kalau tidak bisa memanfaatkan nya ya END. Bayangkan jika nanti SLIK ( sudah tahu kan kalo BI Checking akan di gantikan dengan SLIK) dan database nasional sudah bener-bener terealisasi. Seorang Debitur pengajuan Kredit hanya cukup lewat Aplikasi, sudah langsung terkoneksi dengan data base sehingga Semua Data Keuangan baik aset, omzet, kewajiban dll sudah bisa muncul Skor nya , dari Pihak Bank tinggal melakukan Cek Verifikasi Fisik Usaha dan Jaminan . Selesai Dech. Canggih Amat sih masih jauh itu?? Kate Siape Bang. Cek Tuh Aplikasi  AKULAKU, PEGADAIAN udah mulai merambah ke arah sana , googling atau cek di playstore gih cari Aplikasi Pinjaman Online gitu.

8.       EFESIENSI : gak tau musti saya taruh di nomer berapa untuk yang satu ini, menurut pandangan Penulis salah satu alasan terbesar adalah ini , SDM Pinjaman Mikro yang sangat membutuhkan kecepatan dan penetrasi pasti akan sangat besar otomatis??? Ya Biaya BTK yang tinggi belum kalo lama-lama “ngopeni” mereka butuh increasment gaji tiap tahun, belum insentip, Asuransi, BPJS dll ...wow Semakin lama karena pendapatan Margin semakin kecil (eh bunganya masih Flat Anuitas kan?), belum lagi semakin lama resiko PPAP/CKPN membengkan lah ratio nya BOPO jadi ikut terseret juga. Perusahaan yang Profit Oriented seperti Bank saat ini sangat mementingkan Optimalisasi Profit dengan parameter Variable2 yang ada.
Apa yang sudah dipaparkan penulis diatas adalah murni pendapat Pribadi Penulis mengamati Fenomena dari Geliat Perbankan Mikro di Indonesia.  Betul atau tidaknya hanya waktu yang bisa menjawabnya. Akan tetapi bagi beberapa Bank Mikro yang sudah sebutkan diatas SENJA KALA sudah bener-bener menjadi MALAM KELAM . beberapa SDM dari Bank yang sudah KALA MALAM tersebut saat ini beberapa masih aktif di Bank – bank mikro yang masih eksis. So… Ya mari kita Sama – sama menunggu.

SALAM MIKRO….




No comments:

Post a Comment

Subscription (Please change this with your own)